Sei Pakning di Provinsi Riau, yang dikelola PT Pertamina (Persero)
mendapat pasokan dari dua lapangan besar. Dua lapangan itu menyuplai
minyak hampir 90% dari kebutuhan kilang.
Manager Production
Pertamina Refinery Unit II Sungai Pakning Nirwansyah mengatakan pasokan
terbesar untuk Kilang Sei Pakning berasal dari minyak Sumatra Light
Crude (SLC), Lapangan Minas dengan porsi 50%. Kemudian 40% dari Lapangan
Banyu Urip dan sisanya dari ladang minyak Lirik yang berada di sekitar
Provinsi Riau.
Menurut
Nirwansyah pemilihan minyak untuk pasokan kilang ini tidak sembarangan.
"Karena karaktetistik minyak mentahnya harus dicari yang sesuai agar
bisa diolah kilang ini. Semua crude yang masuk ke sini harus
melalui hasil kajian dulu baru bisa kami pakai," ujar dia saat acara
diskusi bersama media di kawasan Kilang Sungai Pakning, Provinsi Riau,
Selasa (17/10).
Saat ini kapasitas terpakai kilang tersebut
mencapai 30 ribu barel per hari (bph). Adapun kapasitas yang bisa diolah
bisa mencapai 50 ribu bph.
Kilang ini juga memiliki kontribusi
sebesar 4,8% dari total kapasitas kilang milik Pertamina yang sebesar
1.048 bph. Kilang Sei Pakning ini juga baru bisa memisahkan minyak
mentah terhadap fraksi-fraksinya berdasarkan perbedaan titik didih
dengan melalui proses distilasi atmosferik pada temperatur 330 derajat.
"Untuk pengolahan selanjutnya kami bawa ke Kilang Dumai," ujar
Nirwansyah
Kilang Sungai Pakning ini hanya bisa menghasilkan sebanyak 4 produk dasar. Pertama, Naphta sebesar 7 persen dari total ptoduksi yang dihasilkan. Kedua, Kerosene sebesar 11 persen dari total produksi. Ketiga, ADO atau bahan bakar diesel sebesar 21 persen dari total produksi. Keempat, Residu sebesar 60 persen dari total produksi.
Hingga kini kilang itu mampu menyerap 132 tenaga kerja . Sedangkan lahan yang dibutuhkan untuk membangun kilang mencapai 280 hektare.